Selasa, 05 Januari 2010

Pulau Komodo sebagai calon salah satu dari keajaiban dunia

Pulau Komodo sebagai calon salah satu dari keajaiban dunia

Habitat alami dari komodo tersebar pada pulau-pulau yang termasuk ke dalam bagian Taman Nasional yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gili Motang dan Pulau Gili Dasami serta bagian barat dari Pulau Flores. Dan yang menyedihkannya, keberadaan komodo di Pulau Padar sudah mulai punah akibat kebakaran alami, berkurangnya mangsa, dan perburuan gelap. Hingga saat ini, jumlah komodo yang hidup di habitat alaminya diperkirakan sekitar 2500 ekor dan dikhawatirkan semakin menyusut akibat kerusakan habitat dan berkurangnya mangsa.Oleh karena itu,perlu dilakukan berbagai cara penyelamatan komodo agar tidak punah seperti dengan cara melestarikan habitat komodo dan menjaga ekosistem alamnya.

Bukan sekedar mimpi jika kamu punya keinginan untuk berkunjung dan melihat komodo secara langsung di Taman Nasional Komodo. Sejak tahun 1984, Taman Nasional Komodo terbuka untuk kegiatan eko-wisata. Diharapkan dari dibukanya kegiatan eko-wisata ini dapat membantu konservasi Taman Nasional, serta memberikan pemahaman kepada para wisatawan mengenai komodo dan dapat turut serta membantu upaya penyelamatannya.

PENJARINGAN keajaiban dunia terbaru saat ini sedang dilakukan. Ada sebanyak 77 calon keajaiban dunia, satu diantaranya ada di Indonesia yaitu komodo (varanus komodoensis), binatang purba yang menghuni Pulau Komodo, ujung barat Pulau Flores. Dari jumlah itu akan dipilih 7 (tujuh) yang paling populer dan unik di dunia dan ditetapkan sebagai keajaiban dunia.

Pemilihannya dilakukan lewat voting publik melalui media internet. Dukungan dapat disampaikan melalui situs http://www.new7wonders.com. Caranya? Setelah membuka situs tersebut, klik pada grup E, selanjutnya klik pada Taman Nasional Komodo. Voting berlangsung sampai Juli 2009.

Sebagaimana kita ketahui, komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2 – 3 meter dan berat mencapai 165 kg. Dia merupakan salah satu hewan purba yang mampu bertahan hidup sampai saat ini. Hewan ini hanya terdapat di Pulau Komodo dan beberapa pulau lainnya di Kabupaten Manggarai Barat. Makanya, menyebut komodo identik dengan NTT. Dia telah menjadi salah satu ikon Propinsi NTT, selain danau triwarna, Kelimutu di Ende.

Pesona komodo dan pulaunya menjadikan Taman Nasional Komodo banyak dikunjungi wisatawan. Lebih banyak wisatawan mancanegara yang berasal dari berbagai negara di dunia. Mereka melihat dari dekat satu-satunya habitat asli hewan purba yang masih bebas berkeliaran itu.

Oleh karena itu, sangat beralasan jika kita mendukung komodo menjadi salah satu keajaiban dunia. Dukungan yang diberikan sebagai bentuk kepedulian terhadap apa dimiliki daerah ini. Kecintaan kita terhadap daerah, nusa dan bangsa. Kita mesti berani mengatakan bahwa apa yang kita miliki itu baik, indah, unik dan tidak kalah dengan apa yang dimiliki daerah (negara) lain.

Jauh sebelumnya, beberapa obyek wisata di Indonesia, seperti Candi Borobudur dan Danau Kelimutu hanya sebagai calon tujuh keajaiban dunia. Nah, sekarang saat yang tepat untuk memperjuangkan komodo sebagai salah satu keajaiban dunia. Dengan dukungan kita semua, terutama masyarakat NTT, maka secara tidak langsung kita ikut mempromosikan keindahan dan keunikan daerah kita.

Setidaknya, ada dua hal yang dapat kita harapkan jika komodo menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Pertama, akan mendatangkan devisa bagi negara melalui sektor pariwisata. Dengan ditetapkannya komodo menjadi keajaiban dunia maka komodo akan semakin dikenal di seluruh belahan bumi. Tentunya akan menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Pulau Komodo untuk melihat komodo. Dengan adanya kunjungan wisatawan, tentunya berdampak mendatangkan devisa bagi negara. Masyarakat di sekitar objek wisata juga akan menimba banyak manfaat.

Kedua, komodo akan menjadi pusat penelitian. Akan terjadi penelitian yang massif dan terarah serta melibatkan banyak peneliti lokal tentang habitat dan keistimewaan komodo sehingga generasi penerus tidak hanya sebatas bangga bahwa daerahnya mempunyai komodo tetapi memahami dengan baik hewan purba itu.
Dengan penelitian itu pula dapat diharapkan ditemukan cara berinteraksi antara manusia dengan komodo agar binatang purba itu tetap lestari. Terjadi harmoni kehidupan, tidak saling mengganggu satu sama lain.
Memang selama ini sudah ada penelitian namun diyakini masih kurang serius karena terkendala pada berbagai hal, termasuk dana. Sangat tidak mungkin dana penelitian yang besar nilainya, dibebankan ke negara atau pemerintah daerah. Apalagi, minat peneliti untuk melakukan penelitian terhadap binatang liar masih tergolong rendah di NTT.

Agar harapan kita terwujud, maka pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di NTT melalui instansi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Komunikasi dan Informasi serta Hubungan Masyarakat (Humas) untuk mengkampanyekan terus menerus kepada masyarakat agar bersama-sama memperjuangkan agar komodo bisa menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.. Pihak swasta juga diharapkan ikut mendukung perjuangan ini. Singkatnya, semua elemen harus ambil bagian dalam sosialisasi.

Pulau Komodo: Jurrasic Park-nya Indonesia

Pulau Komodo: Jurrasic Park-nya Indonesia 

Ada orang yang menyebut Jurassic Parknya Indonesia”. Apa yang ada di pikiran Anda begitu mendengar Pulau Komodo? Reptil besar yang menjulur-julurkan lidah bercabangnya mencari mangsa? Setidaknya itulah yang muncul di kepala kami ketika pertama berkunjung ke kepulauan di Nusa Tenggara Timur ini. Tapi rupanya Kepulauan Komodo tidak hanya karnivora purba itu, melainkan sebuah paket ekowisata darat dan bawah laut yang begitu menawan.


Pesona Komodo langsung dimulai ketika gugusan pulau yang diapit pulau Flores dan Sumbawa ini didominasi warna rumput savana yang menguning dan tanah merah kering. Uniknya, pulau-pulau tandus ini dilingkari pantai dan laut yang indah. Di beberapa pulau ini hidup sekitar 2500 ekor hewan yang dikenal di luar negeri dengan nama yang sangar, Komodo dragon.

Terletak di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo (TNK) didirikan pada tahun 1980 untuk melestarikan binatang langka Komodo (Varanus komodoensis) dan keanekaragaman hayati darat dan laut kawasan ini. Sebagai pengakuan dunia atas kekayaan alam ini, kawasan seluas 1.817 km2 ini dikukuhkan sebagai Cagar Manusia dan Biosfir serta Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1986.
 
Di kawasan ini Komodo adalah raja rantai makanan karena tidak punya pemangsa. Mereka memangsa apa saja, mulai dari kerbau liar, rusa, termasuk bahkan anak komodo dan komodo dewasa. Lidahnya yang super sensitif bisa menangkap bau darah dari jarak lebih dari satu kilometer. Gayanya menangkap mangsa adalah dengan bermalas-malasan seperti tidak peduli, tapi begitu mangsa mendekat, secepat kilat mereka menyerang. Bila mangsa belum lumpuh dalam serangan pertama, air liurnya yang mengandung bakteri mematikan membuat mangsa yang sudah dilukai lama-lama akan lemah.

Selain itu, kami juga mengunjungi Loh Liang di Pulau Komodo. Selain hewan komodo, di pulau ini kita bisa melihat berbagai jenis burung liar seperti kakak tua jambul kuning sampai burung gosong. Di sini fasilitas turis mulai dari kamar kecil, toko cenderamata sampai ruang selamat datang sangat bagus dan bersih, didominasi unsur kayu bergaya minimalis. Tidak kalah dengan fasilitas turis luar negeri. Fasilitas ini dibangun atas kerjasama NGO konservasi, The Nature Conservancy (TNC) dengan TNK dan pemerintah melalui PT Putri Naga Komodo. Kerjasama ini diharapkan bisa melestarikan alam Komodo yang kaya tapi juga bisa membangun ekoturisme yang mandiri.

Selain pesona darat, alam bawah laut Komodo sangat mempesona. Menurut hasil penelitian TNC yang sudah lama membantu konservasi daerah ini, keanekaragaman hayati dan terumbu karang kepulauan ini sangat kaya. Paling tidak ditemukan lebih dari 1.000 spesies ikan, 385 spesies terumbu karang, 70 spesies sepon dan 16 spesies paus dan lumba-lumba.Tidak heran kalau Komodo menjadi salah satu lokasi selam terbaik di dunia.


Di kawasan Taman Nasional ini tinggal sekitar 4.000 penduduk yang tersebar di empat area pemukiman (Komodo, Rinca, Kerora, dan Papagaran). Semua kampung-kampung ini telah ada jauh sebelum tahun 1980, saat di mana area ini dideklarasikan sebagai Taman Nasional. Kebanyakan adalah nelayan yang berasal dari Bima (Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Sejarah Pulau Komodo

Sejarah Pulau Komodo

Pada tahun 1901 Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn va Hens Broek yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan naga menyerupai monster di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh salah satu komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.


Komodo National Park adalah taman nasional di Indonesia yang terletak di dekat Lesser Sunda Islands di perbatasan wilayah antara Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Taman termasuk tiga besar pulau Komodo, Rinca, dan Padar, serta sejumlah pulau kecil lainnya dan luas wilayah mencapai 1.817 km² (603 km² daratan). Taman nasional ini didirikan pada tahun 1980 untuk melindungi biawak Komodo. Kemudian taman nasional ini didedikasikan untuk melindungi spesies lainnya, termasuk spesies laut. Pulau-pulau di taman nasional berasal dari aktivitas volkanis. Sekitar 4000 orang tinggal di dalam taman. Pada tahun 1991 taman nasional yang dinamai UNESCO, Situs Warisan Dunia.

Scuba diving adalah olahraga air terpopuler di Taman Nasional Komodo karena keanekaragaman hayati laut yang tinggi, termasuk ikan hiu, ocean sunfish, Manta rays, eagle rays, tiny seahorse, false pipefish, clown frogfish, nudibranchs, gurita cincin-biru, sponges, tunicates, dan karang.\ Sejak 1995, taman nasional kewenangan telah didukung oleh The Nature Conservancy(TNC), sebuah organisasi lingkungan Amerika. Rencana pengelolaan yang baru bersama dengan Authored TNC dan dilaksanakan pada tahun 2000 untuk menangani masalah peningkatan sumber daya alam, baik laut dan daratan . Sebagian besar tekanan pada sumber daya kelautan perikanan berasal dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan komersial dari luar taman. Namun, peraturan dan larangan penggunaan sumber berdampak pada kebanyakan warga di taman, yang memiliki sedikit pilihan untuk menjalani hidup dan bergantung pada apa yang telah ditawarkann taman. Pemberian mata pencaharian alternatif adalah bagian dari keseluruhan strategi manajemen, namun masyarakat di dalam taman belum mendapat manfaat dari langkah-langkah yang tepat dalam menangani kebutuhan mereka.

Pengembangan – yang sebagian besar berbasis kelautan – ecotourism adalah strategi utama untuk membuat taman dengan pembiayaan sendiri dan menghasilkan pendapatan yang memadai melalui pintu masuk dan biaya lisensi pariwisata untuk menutupi biaya operasional dan manajerial. Hingga saat ini, sebuah joint venture antara TNC dan sebuah badan pariwisata menjadi operator wisata konsesi, yang juga meluas menjadi hak taman manajemen. Konsesi ini menghasilkan kontroversi yang terus-menerus. Joint venture yang dituduh telah membuat keputusan sepihak sehingga banyak orang di sekitar Komodo yang  menyatakan bahwa pihak joint venture belum berkonsultasi tentang keputusan yang akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di Pulau Komodo dan sekitarnya.

Hal yang paling menjadi sorotan dari kontroversi tersebut disebabkan oleh kematian dari beberapa nelayan yang sejak tahun 1980-an. Keadaan dari para nelayan yang tewas menunjukkan bahwa mereka seolah dibunuh secara sengaja. conteste. Sedangkan taman patroli (termasuk, polisi dan personil angkatan laut) klaim mereka bertindak dalam mempertahankan diri, sedangkan masyarakat menuduh pengelola taman yang sengaja membunuh nelayan.

Taman Nasional Komodo tetap memberikan rasa hormat bagi para wisatawan, tetapi konflik antara manajemen taman, TNC, dan masyarakat setempat terus tidak menemukan titik terang. Taman Nasional Komodo telah dicalonkan dan menjadi salah satu dari 28 finalis untuk menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia yang baru. Mercury Development Solution, sebuah perusahaan pembangunan berbasis real estate dari Bali, adalah salah satu perusahaan yang aktif dalam promosi dan dukungan bagi Komodo, untuk membuat kawasan ini diketahui di internasional. Pulau Kanawa,  adalah langkah pertama yang diambil oleh perusahaan untuk meningkatkan fasilitas dan akomodasi untuk para tamu, membawa ke layanan standar yang tinggi dan  ramah lingkungan.

Pulau Komodo

Pulau Komodo


Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan Pulau Komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah barat Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Tahun 2008, di pulau ini hanya terdapat sedikitnya 1200 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca sehingga jumlah mereka keseluruhan menjadi sekitar 2500 ekor.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.

JENIS BATIK MENURUT TEKNIK PEMBUATANNYA

JENIS BATIK MENURUT TEKNIK PEMBUATANNYA

1. Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
2. Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
3. Batik saring,
4. Batik celup,
5. Batik terap.

CORAK DAN MOTIF BATIK

CORAK DAN MOTIF BATIK

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain. Diantaranya corak batik yang terkenal adalah :
1. Batik Kraton : Motif batik ini mengandung makna filosofi hidup, dikatakan batik keraton karena batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Beberapa motif batik keraton dilarang digunakan oleh orang “biasa”, diantaranya motif Parang Rusak, Parang Barong, dan beberapa motif lainnya.
2. Batik Saudagaran : Beberapa motif larangan dari batik keraton membuat para pengrajin batik untuk membuat motif batik yang baru. Dikatakan batik saudagaran dikarenakan awalnya motif batik ini ditujukan kepada masyarakat saudagar. Desain batik ini lebih berani dengan warna-warna dominasi biru tua dan warna soga. Motifnya seperti motif satwa dan benda-benda alam.
3. Batik Petani : Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing.
4. Batik Belanda : Dikatakan batik Belanda karena batik ini motifnya dibuat oleh keturunan Belanda di zaman penjajahan, seperti bunga tulip dan tokoh cerita dongeng eropa.
5. Batik Cina / Pecinaan : Batik Cina merupakan akulturasi budaya antara perantau dari Cina dengan budaya lokal Indonesia. Ciri khasnyawarnanya variatif dan cerah, dalam satu kain menampilkan banyak warna. Motifnya banyak mengandung unsur budaya Cina seperti motif burung hong (merak) dan naga.
6. Batik Jawa Hokokai : Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan.

Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir.
Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna, biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke-14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja.
Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi. Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya. Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen.

SEJARAH PEMBATIKAN DI PEKALONGAN

SEJARAH PEMBATIKAN DI PEKALONGAN

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

Dari catatan sejarah, ada tiga kriteria batik Pekalongan. Pertama, batik pribumi. Batik ini dibuat dengan selera gaya pribumi. Motifnya tidak terikat dengan ketentuan raja-raja sehingga lebih bebas. Batik ini mengikuti perkembangan pasar dengan produksi yang cepat laku di pasaran.
Kedua, batik encim. Batik ini diproduksi oleh masyarakat keturunan China dan digolongkan menjadi tiga yang didasari motif atau ragam hias buketan, budaya China dan ragam lukisan. Ketiga, batik Londo, yang dibuat sebagian besar masyarakat keturunan Belanda. Hiasannya tentu dipengaruhi oleh selera/budaya Belanda.
Tiga golongan batik Pekalongan itu berkembang berdampingan dan masing-masing memiliki pembeli sendiri. Namun, diakui orang bahwa batik pribumi merupakan yang tertua di antara ketiganya, meski tidak ada catatan kapan dan oleh siapa batik itu dibuat. Yang pasti, batik itu sudah ada sebelum pedagang China dan Belanda berniaga ke Pekalongan.
Menurut dia, batik Pekalongan mencapai kejayaannya sekitar tahun 1850, antara lain produksi Eliza Van Zuylen, Oey Soen King, dan sampai menjelang perang dunia II dikenal juga batik produksi Ny Sastromulyono.

Mengenai perkembangan batik Pekalongan sejak abad-19 sampai sekarang, menurut Dudung Alisyahbana, cukup berkembang pesat. Lihat saja, tentang munculnya Batik Jawa Hohokai yang dikatakan sebagai karya batik terindah sepanjang sejarah batik di Jawa.
Batik yang diproduksi di Pekalongan 1942-1945 itu muncul setelah perang dunia II. Dampak perang itu terjadi pendudukan Jepang di Indonesia. Akibatnya, terjadi putus hubungan perdagangan dengan Belanda. Perdagangan mori dan obat pewarna terputus, sehingga persediaan menipis. Kalaupun ada, harganya sangat mahal. Pada masa ini pembatik Pekalongan membuat batik baru, yang lebih rumit dan dibuat dengan sistem padat karya, dengan tujuan memperlambat dan tidak kehilangan pekerja. Hasilnya luar biasa, yang banyak dikenal Batik Djawa Hokokai.

SEJARAH PEMBATIKAN DI INDONESIA (NUSANTARA)

SEJARAH PEMBATIKAN DI INDONESIA (NUSANTARA)

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

Di Indonesia daerah penghasil batik adalah sekitar Sumatera selatan (Palembang dan Jambi), Pulau Jawa, Pulau Madura, dan sebagian Pulau Bali. Di Pulau Jawa, Batik diproduksi di Yogyakarta dan Surakarta,  dan daerah pesisir yang diwakili Pekalongan dan Cirebon merupakan dua daerah penghasil batik terbesar.

SEJARAH PEMBATIKAN DI DUNIA

SEJARAH PEMBATIKAN DI DUNIA

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.

BATIK DALAM KEHIDUPAN BANGSA-BANGSA

BATIK DALAM KEHIDUPAN BANGSA-BANGSA

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.


Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

ISTILAH BATIK

ISTILAH BATIK

Batik secara etimologis merupakan istilah asli tradisional Jawa dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Dari istilah ini Batik mengacu pada dua pengertian ; yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Dalam istilah internasional "Batik is an Indonesian traditional word and refers to a generic wax-resist dyeing technique used on fabric

Batik sebagai kata benda adalah "a dyed fabric; a removable wax is used where the dye is not wanted", batik (dye with wax), sebagai kata karja bermakna "Indonesian fabrics are often batiked" (http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn?s=batik). Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.

Beberapa penulis meyakini bahwa kata batik merupakan kata asli Indonesia dan (seni) batik merupakan karya seni hasil budaya bangsa Indonesia yang sudah termasuk tua. Dalam Babad Sengkala tahun 1633 dan dalam Pandji Djaja Lengkaratahu 1770, kata-kata batik dan membatik sudah ada. Tulisan pada lontar dari Kerajaan Galuh (Cirebon Selatan) kira-kira pada tahun 1520, sudah ada kata tulis dan lukis. Seni batik pada waktu itu dibuat oleh para pria yang dinamakan lukis, sedangkan (seni) batiknya disebut tulis. Menurut sumber dar iJawa Timur tahun 1275 disebutkan sudah ada beberapa pola seperti pola grinsing yang menurut Rouffaer pola grinsing hanya dapat dibuat dengan alat canting, namun tidak jelas seperti apa bentuk alat cantingnya dan apakah istilah batik sudah digunakan waktu itu.

Ditinjau dari segi bahasa, kata batik berasal dari bahasa Jawa, berasal dari akar kata tik yang berarti kecil. Di daerah-daerah lain di Indonesia banyak kata yang berakhiran tik dengan arti yang hampir serupa yaitu kecil, misalnya leutik berarti kecil, pabatik berarti melukis tubuh orang, mahapantik berarti menulis, patik berarti menggambar. Kata ambatik dapat diartikan menulis atau menggambar serba kecil atau rumit. Di dalam seni batik, kata ambatik atau anyerat diartikan menggambar atau menulis serba rumit di atas kain. Karena menggambar serba rumit di atas kain hanya dapat dilakukan dengan menggunakan alat canting tulis dan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang warna, maka istilah atau kata batik lahir setelah ditemukannya alat canting tulis dan lilin batik. Sebelumnya orang tidak menyebut batik. Walaupun motif-motif yang selanjutnya dituangkan dalam (seni) batik itu sudah tidak ada. Sebagai contoh, motif-motif yang terdapat di candi-candi sudah ada sebelum lahirnya (seni) batik. Diperkirakan seni ukir di Indonesia sudah lebih tua usianya dibandingkan denga seni batik.

Dengan ditemukannya canting tulis dan lilin batik berakibat memacu kreatifitas para seniman batik Indonesia sehingga (seni) batik Indonesia mencapai kualitas tertinggi mulai saat itu, apalagi didukung oleh beberapa kemudahan seperti adanya zat warna sintetis, teknologi pembuatan canting tulis dan pembuatan lilin batik yang semakin sempurna, penyediaan kain mori dengan kualitas yang baik, menyebabkan batik Indonesia terkenal sampai ke luar negeri. Selanjutnya produk batik berkembang tidak sekedar produk (seni) batik tetapi menjadi produk industri (kerajinan) batik. Batik sudah menjadi mata dagangan dan pembatikan sudah merupakan mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia
(http://batikeia3.site90.net/sejarah%20batik.html).